Kemarau? Tidak. Hujan telah turun kemarin sore.
Kemarau? Tidak. Bunga baru saja bermekaran tadi pagi.
Kemarau? Iya. Ini bukan tentang musim, melainkan hati yang telah kau tinggalkan tepat dua tahun yang lalu.
Kemarau? Iya. Ini tentang hati lain yang kau tempati sejak dua bulan yang lalu.
You said that you were born to tell me that you love me -- to make me stay with you, forever and ever.
Now, I tired of being all alone, and this solitary moment makes me want to come back home.
Home?
Ketika aku tak lagi menjadi bagian dari rumahmu, aku bisa apa?
Ketika aku bukan lagi jalan utamamu, aku bisa apa?
Wajahmu tak lagi muncul saat aku sampai di sekolah.
Suaramu tak lagi terdengar saat aku sedang menulis.
Langkahmu tak lagi mengiringi saat aku berjalan.
Lenganmu tak lagi melindungi saat aku tak berdaya.
Satu hal lain yang pergi adalah hati.
Hati itu tidak pernah datang kembali.
Ya, kemarau ini masih terasa.
Kemarau ini akan terus ada sebelum musim hujan lainnya datang.
Telah dua tahun terlewati,
ternyata kau masih hujan yang sama -- yang kutunggu untuk mengakhiri kemarau ini.
-Fitri Fazrika Sari-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar