Rabu, 17 Agustus 2016

Untuk Indonesia, dari Generasi 1997

1997.
Baru saja aku dilahirkan, Indonesia sedang mengalami reformasi besar-besaran yang pada akhirnya berdampak pada krisis moneter hingga tahun 1998.

Ya, kejadian itu baru aku pahami ketika guru di sekolah menerangkan hal tersebut. Ah, pantas saja, ibuku pernah bercerita bahwa nenekku datang jauh-jauh dari Kalimantan untuk membawa susu serta baju yang cukup banyak untuk diriku. Katanya, beliau tidak mampu untuk membeli susu yang kala itu harganya melonjak tinggi di tanah Jawa.
Mungkin, sebagian besar dari kalian juga punya cerita lama yang tidak jauh berbeda dariku, sebagai anak yang lahir pada tahun 1997.


Hampir lebih dari sepuluh tahun yang lalu, aku sedang asyik-asyiknya menikmati peran sebagai seorang bocah SD. Pergi ke sekolah dengan beberapa buku di dalam tas serta botol minum yang menggantung di leher. Pada saat jam istirahat, kami akan berlari-larian di tangga sekolah, bermain kartu, petak umpet, lompat tali, kejar benteng, serta permainan menarik lainnya hingga bel tanda masuk kelas telah berbunyi. Ah iya, tidak lupa juga kenangan ketika kami menangis keras karena terjatuh di lapangan, tertabrak pintu, atau jatuh ke dalam selokan. Selain itu, hal pasti yang membekas adalah waktu imunisasi di sekolah! Setiap ada orang besar memakai baju putih dan membawa beberapa tas kecil, beberapa temanku akan sembunyi di kursi belakang atau langsung menangis :))
Ketika SD, aku juga menghabiskan waktu untuk menonton kartun di setiap pagi, SILET yang masih seputar mengejar orang kesurupan di siang hari, serta fear factors bersama ayahku di malam hari.
Mungkin, sebagian besar dari kalian juga punya cerita lama yang tidak jauh berbeda dariku, sebagai anak yang lahir pada tahun 1997.


Menginjak kelas SMP hingga SMA, aku mulai membulatkan sebuah cita-cita besar, seorang dokter anak. Selain itu, aku dan teman-teman juga mulai membayangkan masa depan seperti apa yang akan kita jalani nanti. Ada yang ingin cepat menikah, kuliah di luar negeri, menjadi model, atau ingin segera meneruskan usaha keluarga.
Mungkin, sebagian besar dari kalian juga punya cerita lama yang tidak jauh berbeda dariku, sebagai anak yang lahir pada tahun 1997.


Saat ini, mungkin sebagian besar dari kami sedang menyandang status sebagai seorang mahasiswa. Katanya sih, tingkat paling tinggi dari seluruh siswa. Agent of change, mereka yang membawa perubahan katanya.
Hari ini, Indonesia telah merdeka selama 71 tahun lamanya. Namun, banyak yang pesimis. Katanya anak muda jaman sekarang semakin menyimpang jauh dari nilai-nilai Pancasila. Katanya anak muda jaman sekarang tidak lagi bangga terhadap budaya serta aset yang dimiliki Indonesia. Katanya anak muda jaman sekarang sudah tidak peduli dengan masalah-masalah yang ada di sekitarnya, terlebih masalah-masalah besar yang terjadi di negaranya sendiri.


Itu kan cuma katanya.


Sekarang, aku dan teman-teman generasi 97 lainnya sedang berada di tahun kedua atau ketiga di kampus.
Ya, memang benar, saat ini aku belum bisa duduk di kursi tinggi yang dapat dilihat oleh ribuan rakyat Indonesia lainnya. Memang benar, sampai detik ini saja aku belum terlepas dari tanggungan orangtua. Memang benar, aku adalah satu dari ribuan anak muda lainnya yang sedang asyik bermain instagram dan snapchat hampir di setiap jamnya.

Tapi,

Aku sedang menuntut ilmu di bidang yang kusukai di jurusan ini.
Aku sedang berusaha mencoba beberapa cara untuk mendapatkan uang saku tambahan agar tidak membebani orangtua.
Aku memberanikan diri aktif dalam organisasi kampus.
Aku mendatangi tempat-tempat yang sedang melakukan kegiatan sosial.
Aku mulai mengkritisi masalah-masalah yang kulihat di koran maupun televisi.
Aku mulai merasa risih terhadap orang-orang yang tidak memperhatikan kebersihan lingkungan.
Aku ikut merasa kesal ketika kekayaan alam dan budaya kita diambil oleh orang luar.
Aku terharu ketika mendengar lagu-lagu kebangsaan dinyanyikan.
Aku merasa segitu bangganya ketika siapapun dari Indonesia, memenangkan kejuaraan di tingkat dunia.
Juga, untuk pertama kalinya, aku merasa perlu untuk menunjukkan kasih cinta dan baktiku untuk Indonesia di hari kemerdekaannya.


Indonesia,
sepuluh tahun dari sekarang,
sepertinya aku akan melakukan hal yang lebih besar lagi,
untuk membangun Indonesia yang ramah pada semua rakyatnya


Mungkin, sebagian besar dari kalian mempunyai rasa tanggung jawab yang lain terhadap Indonesia, sebagai anak yang lahir pada tahun 1997.




-Fitri Fazrika Sari-