Minggu, 10 Januari 2016

Jarak

Jarak memiliki dua sisi seperti koin. Di satu sisi, aku tidak pernah ragu akan sebuah jarak. Namun, di sisi lain, ada jarak yang sangat aku takuti. Jarak yang benar-benar akan memisahkan dua insan yang sedang bersatu. Jarak yang akan membuat dua hati itu menjadi rapuh.

Aku tidak pernah takut dengan luasnya daratan serta lautan yang kini memisahkan kita. Entah itu hanya puluhan, ratusan, bahkan ribuan kilometer pun aku tak takut.
Apakah kini kita sedang berada di pulau yang berbeda? Tak mengapa. Kalaupun mau, aku atau kamu bisa saling pergi menuju sisi masing-masing. Cukup menunggu dalam hitungan jam, kita akan bertemu juga.
Apakah kita akan berada di negara yang berbeda? Tak mengapa. Kalaupun tak bisa, kita masih bisa bertemu lewat suara. Cukup menunggu dalam hitungan menit, kita akan bertemu juga.
Apakah aku akan resah? Tentu saja tidak. Jarak bukanlah pemisah bagi hubungan kita. Jarak bukanlah penghalang bagi dua insan yang sedang dimabuk cinta. Jarak hanyalah setitik alasan agar kita tidak bertemu saat itu juga. Jika biasanya kita dapat berjumpa dengan mudah, kini jarak menjadikannya sedikit lebih susah. Tapi tak mengapa, toh kita juga masih akan berjumpa kan?


Hanya saja, aku takut akan suatu jarak. Jarak itu bukan soal perbedaan tempat ataupun waktu. Jarak itu...adalah kita yang sudah berbeda.

Kamu yang tak lagi sama. Itu yang sangat aku takutkan. Anggap saja aku pecundang, yang akan langsung jatuh terhempas ketika kamu tinggalkan. Aku terlalu takut jika tak lagi bertemu dengan kamu yang sama. Kamu yang selalu marah ketika aku terlalu sibuk. Kamu yang selalu senang ketika aku mulai tersenyum. Kamu yang selalu sedih ketika aku terluka.
Yang aku tau, kamu itu selalu menjadi sosok yang selalu aku andalkan. Kamu menjadi sosok yang tidak akan pernah bisa aku lepaskan. Apa jadinya kalau kamu tak lagi menjadi orang yang sama? Aku...aku bahkan tidak ingin membayangkannya. Hanya dengan mengetik saja, aku tau. Aku tau kalau aku tidak akan sanggup untuk bertemu dengan kamu yang berbeda. Jika boleh menjadi egois, aku ingin kamu akan selalu menjadi sosok yang sama. Sosok yang membuatku terlalu jatuh dalam hangat kasih sayangmu.

Aku memang takut ketika kamu akan berubah menjadi orang yang berbeda. Namun, aku lebih takut jika itu adalah aku yang berbeda. Bagaimana jika aku tak lagi menjadikanmu prioritas dalam hidupku? Bagaimana jika akulah penyebab terjadinya jarak itu? Bagaimana jika aku yang secara tidak langsung, memintamu untuk menciptakan jarak?

Ah. Jangan.

Aku tidak mau semuanya berakhir karena jarak itu. Biarlah laut biru ini yang memisahkan kita. Biarlah seribu kilometer ini membuat kita tak lagi bertemu. Hanya satu pintaku. Cukup daratan, lautan, dan luasnya bumi ini yang membuat jarak di antara kita. Apa yang selama ini kita jaga di dalam hati, jangan kamu jauhkan juga. Bolehkah?



-Fitri Fazrika Sari-