Rabu, 20 Juli 2016

Kirana

Kirana,
kamu adalah sosok paling sempurna yang pernah Tuhan ciptakan,
setidaknya bagi saya.

Parasmu indah,
namun hatimu jauh lebih indah.
Saya dapat melihat sinar ketulusan dari setiap tatapan matamu.
Saya dapat merasakan kebahagiaan yang dilontarkan oleh senyummu,
Saya dapat mendengar kelembutan dari setiap perkataanmu.



Kirana,
saya tau,
kamu adalah pejuang yang sangat tangguh,
terlebih bagi dirimu sendiri.

Saya selalu kagum dengan caramu menggapai semua asa.
Harapan baru yang selalu tumbuh,
serta impian yang akhirnya kamu raih satu demi satu.



Kirana,
saya takut.
Saya belum bisa menjadi sosok yang bisa kamu banggakan.
Saya masih terseok-seok untuk menaiki tangga-tangga harapan yang baru saya buat ketika saya bertemu kamu.
Saya merasa bahwa saya berada jauh dibawah kesempurnaanmu.

Kirana,
saya tidak dapat berjanji bahwa saya dapat menyusulmu disana.

Namun,
saya akan selalu mengiringi setiap langkahmu,
saya akan mendoakan yang terbaik untukmu
saya juga tidak berani berharap agar kamu mengagumi saya, seperti halnya saya yang jatuh terlalu dalam oleh kesempurnaanmu.



-Fitri Fazrika Sari-

Jumat, 01 Juli 2016

Tidak apa-apa

Tidak apa-apa.

Kamu bebas untuk memintaku melakukan hal-hal yang kamu mau.
Memintaku menunggu di ujung jalan agar kamu tidak lama menunggu.
Memintaku menghabiskan makan dengan cepat agar kamu tidak terlambat pergi ke kantor.
Memintaku untuk tidak manja, katanya biar aku menjadi wanita yang kuat serta mandiri.
Juga memintaku untuk tidak merengek akan masalah-masalah kecil yang kualami di kantor.


Tidak apa-apa.

Aku akan biasa saja jika kamu tidak menggenggam tanganku di depan mereka.
Duduk berjauhan ketika sedang bersama di keramaian.
Memaksakan diri untuk menahan tawa akan lelucon yang kusampaikan ketika bercengkrama dengan teman kita.
Juga menolak ketika aku ingin mengabadikan momen kita dalam sebuah format .jpg.


Tidak apa-apa.
Rasanya aku terlalu sibuk meyakinkan diri bahwa aku memang tidak apa-apa.
Setiap saat, apapun yang kamu minta, selalu kuanggap bahwa itu memanglah tidak apa-apa.
Ya, aku yakin.
Aku merasa tidak apa-apa.

“Ah, sudahlah. Tidak apa-apa,” batinku sambil tersenyum manis ketika kamu mulai mengayunkan tangan menuju bahuku. Agar aku semakin kuat, katanya.



-Fitri Fazrika Sari-