Ada nggak sih, satu
orang yang bisa dengan mudahnya datang dan pergi seenaknya di kehidupan kita? Orang
yang tau, kalau kita masih sayang sama dia. Orang yang tau, kalau kita akan
selalu menyambut kedatangannya dengan senyum bahagia.
Dia tau, ketika gak
ada lagi siapapun yang ada buat dia, kamu akan jadi “rumah” tempat di mana ia
akan pulang. Bangsatnya, dia gak tau diri. Entah apa alasan dia untuk pulang
kembali ke rumah setelah dia pergi tanpa pamit. Entah itu karena masih sayang,
atau hanya ingin menjalin pertemanan, atau yang paling parah, dia cuma iseng.
Seharusnya, dia gak pernah
sayang sama kamu. Tuh, buktinya, dia gak mau biarin kamu bahagia.
Setelah semua usaha keras yang kamu lakuin buat ngelupain dia,
dia datang lagi. Dia raih tangan kamu, dia peluk lagi tubuhmu yang haus akan
kehangatannya, kemudian dia elus rambut kamu—seolah tidak pernah terjadi
apa-apa. Kamu menjalani lagi kehidupan dengannya. Ia yang telah kembali pada
rumahnya yang lama. Ia yang berulang kali membuat jantungmu berdebar tak
karuan.
Kemudian, ketika kamu
sudah merasa nyaman, ia pergi. Ia tidak di sampingmu lagi ketika kau bangun di
pagi hari. Kamu pikir ia pergi karena ada hal penting yang mendadak.
Sebulan.
Dua bulan.
Tiga bulan.
Kamu masih menunggunya
di teras rumah—berharap ia datang untuk memelukmu lagi.
Bulan kelima, kamu
mulai putus asa. Kamu buang lagi semua kenangan tentangnya. Dengan susah payah,
kamu belajar bangkit lagi.
Tahun baru.
Kamu sedang melihat
kembang api yang saling bersahutan ketika seseorang menepuk pundakmu. Ya, siapa
lagi kalau bukan dia—orang yang masih diam-diam kamu sembunyikan di salah satu
kamarmu yang sempit.
Ia memelukmu, meminta
maaf atas kejadian beberapa bulan yang lalu. Ia berkata tidak akan pernah
meninggalkanmu lagi.
Aku tahu, kamu akan
menerimanya kembali—karena kamu adalah rumah, tempat di mana ia akan selalu diterima
untuk pulang. Tak takutkah kamu, bahwa ia akan pergi lagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar