Kamis, 06 Agustus 2015

Dia yang Selalu Kembali

Ada nggak sih, satu orang yang bisa dengan mudahnya datang dan pergi seenaknya di kehidupan kita? Orang yang tau, kalau kita masih sayang sama dia. Orang yang tau, kalau kita akan selalu menyambut kedatangannya dengan senyum bahagia.


Dia tau, ketika gak ada lagi siapapun yang ada buat dia, kamu akan jadi “rumah” tempat di mana ia akan pulang. Bangsatnya, dia gak tau diri. Entah apa alasan dia untuk pulang kembali ke rumah setelah dia pergi tanpa pamit. Entah itu karena masih sayang, atau hanya ingin menjalin pertemanan, atau yang paling parah, dia cuma iseng.


Seharusnya, dia gak pernah sayang sama kamu. Tuh, buktinya, dia gak mau biarin kamu bahagia.
Setelah semua usaha  keras yang kamu lakuin buat ngelupain dia, dia datang lagi. Dia raih tangan kamu, dia peluk lagi tubuhmu yang haus akan kehangatannya, kemudian dia elus rambut kamu—seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Kamu menjalani lagi kehidupan dengannya. Ia yang telah kembali pada rumahnya yang lama. Ia yang berulang kali membuat jantungmu berdebar tak karuan.
Kemudian, ketika kamu sudah merasa nyaman, ia pergi. Ia tidak di sampingmu lagi ketika kau bangun di pagi hari. Kamu pikir ia pergi karena ada hal penting yang mendadak.

Sebulan.
Dua bulan.
Tiga bulan.
Kamu masih menunggunya di teras rumah—berharap ia datang untuk memelukmu lagi.

Bulan kelima, kamu mulai putus asa. Kamu buang lagi semua kenangan tentangnya. Dengan susah payah, kamu belajar bangkit lagi.


Tahun baru.
Kamu sedang melihat kembang api yang saling bersahutan ketika seseorang menepuk pundakmu. Ya, siapa lagi kalau bukan dia—orang yang masih diam-diam kamu sembunyikan di salah satu kamarmu yang sempit.

Ia memelukmu, meminta maaf atas kejadian beberapa bulan yang lalu. Ia berkata tidak akan pernah meninggalkanmu lagi.


Aku tahu, kamu akan menerimanya kembali—karena kamu adalah rumah, tempat di mana ia akan selalu diterima untuk pulang. Tak takutkah kamu, bahwa ia akan pergi lagi?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar