Jangan rindu, berat.
Biar aku saja.
Ah, sayangnya Dilanku tidak seperti Dilan-nya Milea.
Kesenangannya untuk pergi jauh mengejar debur ombak sepertinya membuat ia sedikit...aneh?
Dilanku pernah bertanya, kau tau kenapa aku suka mengejar ombak?, aku menggeleng
Ah, harusnya kau bertanya balik kalau tidak tau!
Jika kau hanya menggeleng, bagaimana kalau aku bilang "yaudah"
Bagaimana kalau aku hanya tertawa
Bagaimana kalau aku jadi malas bercerita kepadamu?
Ah...apa pertanyaanku terlalu susah?
Apa kau butuh waktu untuk menjawabnya?
Jika tidak tahu, lebih baik kau bertanya
Kalau terlalu sulit, minta bantuan
Pengetahuan ada karena manusia itu makhluk serba ingin tahu; selalu berusaha mendapat penjelasan atas hal-hal yang 'berbeda' dari dirinya. Apa kau tidak seperti itu?
Aku menatapnya heran.
Diam beribu bahasa.
Tidak menyangka, Dilan yang biasanya diam dan hanya mempedulikan ombak, sekarang berceloteh sedemikian panjangnya.
Kenapa? Kau tidak penasaran?
Padahal kau selalu mau ikut kalau aku ingin ke pantai
Padahal kau hanya akan memesan satu buah kelapa dan duduk selama berjam-jam!
Kau bahkan tidak menyentuh air sedikitpun! lalu ia tertawa.
Kencang sekali.
Aku kaget lagi.
Tapi, tidak butuh waktu lama untukku tersenyum dan menjawab;
Aku tidak tau kenapa kamu suka mengejar ombak, Dilan.
Tapi terima kasih, ya.
Dilan mengarahkan pandangan herannya; tujuh senti lagi hampir mengenai hidungku.
Kamu membuatku senang, saangat senang!
Terima kasih sudah duduk denganku selama lima belas menit, padahal ombak sedang menghempas dengan kencang; kesukaanmu.
Dilan tersenyum.
Aku juga.
Ah, kalau Dilan-nya Milea sanggup menanggung rindu itu sendiri; Dilanku ini selalu datang untuk membuang rindu. Kita bertemu saja, jangan dibikin rindu, berat katanya.
-Fitri Fazrika Sari-
Dilan sebelumnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar